• Jelajahi

    Copyright © Warga Blora - Portal Informasi Warga
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Jepang di Industri Semikonduktor Dunia: Strategi, Aliansi, dan Masa Depan Chip 2nm

    Minggu, 06 Juli 2025, 15:19 WIB Last Updated 2025-07-06T08:19:28Z
    Kebangkitan Jepang di Industri Semikonduktor Dunia: Strategi, Aliansi, dan Masa Depan Chip 2nm

    Jepang Pernah Menjadi Raja Semikonduktor Dunia

    Pada era 1980-an, Jepang berada di puncak industri semikonduktor global. Negara ini menguasai lebih dari 50% pangsa pasar dunia, berkat perusahaan raksasa seperti NEC, Toshiba, dan Hitachi. Jepang menjadi pionir dalam produksi DRAM (Dynamic Random Access Memory), dengan manufaktur presisi yang mengesankan dan kualitas produk yang membuat kompetitor takluk.

    Pemerintah Jepang melalui MITI (Ministry of International Trade and Industry) mendukung pertumbuhan industri dengan kebijakan yang solid. Sistem keiretsu memperkuat rantai pasok internal, memungkinkan efisiensi tinggi dan yield manufaktur yang stabil. Jepang membuktikan bahwa kontrol mutu dan disiplin produksi adalah kunci kesuksesan dalam persaingan teknologi tinggi saat itu.

    Faktor yang Membuat Jepang Tersingkir dari Posisi Puncak

    Memasuki akhir dekade 1980-an, dominasi Jepang mulai goyah. Amerika Serikat merasa pasar mereka dibanjiri produk Jepang dan mulai mengambil langkah perlindungan dengan perjanjian perdagangan. Langkah ini memperlambat ekspor Jepang, dan bersamaan dengan itu, Taiwan muncul sebagai kekuatan baru melalui pendirian TSMC yang mengusung model pure foundry.

    China juga mulai membangun fondasi industrinya secara perlahan melalui joint venture dan teknologi reverse engineering. Sementara itu, Jepang mulai kehilangan arah akibat birokrasi yang kaku, minimnya investasi pada litografi terbaru, dan kegagalan mengadaptasi model bisnis fabless yang mulai mendominasi pasar global.

    Tantangan Baru: Taiwan, AS, dan China Memimpin

    Persaingan global berubah drastis ketika Taiwan memimpin dengan efisiensi produksi melalui TSMC. Amerika Serikat bangkit dengan inovasi desain chip dan pengembangan mikroarsitektur. Perusahaan seperti Intel, AMD, dan Nvidia memanfaatkan kekuatan riset dan teknologi software untuk mendominasi pasar teknologi tinggi.

    China, meskipun tertahan dalam proses produksi akibat embargo AS, terus maju lewat SMIC dan strategi Made in China 2025. Sementara itu, Jepang tetap unggul dalam komponen pendukung semikonduktor seperti photomask dan wafer, namun kehilangan taji karena tak lagi memiliki pemain foundry besar setelah kejatuhan Elpida dan Renesas.

    Distribusi Global Kekuatan Semikonduktor Dunia

    Setiap negara kini menempuh jalur unik dalam strategi semikonduktor mereka. AS fokus pada inovasi desain, Taiwan menjadi pusat produksi global, China mengejar kemandirian teknologi dengan subsidi besar-besaran, dan Jepang mencoba bangkit melalui kekuatan bahan mentah dan mesin produksi.

    Dalam lanskap ini, Jepang menyadari bahwa keunggulan historis di bidang manufaktur presisi belum cukup jika tidak diiringi dengan investasi teknologi modern. Ketimpangan dalam distribusi teknologi global membuka peluang baru untuk Jepang kembali terlibat dalam rantai nilai utama produksi chip kelas dunia.

    Geopolitik dan Ketergantungan Rantai Pasok Mengubah Peta

    Pandemi COVID-19 dan ketegangan geopolitik antara Amerika dan Tiongkok menyadarkan dunia akan bahaya ketergantungan pada satu titik produksi chip, yaitu Taiwan. Krisis chip global memperlihatkan bahwa diversifikasi produksi sangat diperlukan demi keamanan teknologi global.

    Jepang melihat ini sebagai momentum strategis. Dengan kekuatan di bidang material dan dukungan kuat dari pemerintah, negara ini siap masuk kembali dalam industri chip modern. Jepang berusaha tidak hanya mengembalikan pangsa pasarnya, tetapi juga menegaskan kembali kedaulatan teknologinya yang selama ini meredup.

    Rapidus: Senjata Baru Jepang untuk Menguasai Chip 2nm

    Didirikan pada 2022, Rapidus menjadi proyek andalan Jepang untuk menembus pasar chip mutakhir. Didukung oleh Sony, Toyota, SoftBank, dan bermitra dengan IBM serta IMEC, Rapidus mengusung teknologi transistor gate-all-around (GAA) untuk produksi chip 2nm. Langkah ini merupakan bagian dari visi jangka panjang Jepang di bidang semikonduktor.

    Berbeda dari model tradisional, Rapidus tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga integrasi desain, packaging, dan litografi dalam satu lokasi. Jepang berharap, dengan strategi ini, mereka bisa menciptakan ekosistem teknologi chip yang utuh dan tak tergantung pada pemain luar seperti TSMC dan Samsung.

    Ambisi Jepang Bukan Sekadar Bisnis, Tapi Kedaulatan Teknologi

    Kebangkitan Jepang bukan hanya soal ekonomi. Ini juga tentang keamanan nasional dan posisi geopolitik. Pemerintah Jepang sadar bahwa kontrol atas produksi chip merupakan kunci dalam konflik teknologi masa depan. Oleh karena itu, investasi pada Rapidus mencerminkan keseriusan Jepang dalam membangun kembali pijakan teknologi nasional.

    Rapidus diproyeksikan akan memulai produksi chip 2nm pada paruh kedua dekade ini. Jika berhasil, maka Jepang akan menjadi satu dari sedikit negara yang mampu memproduksi chip generasi terbaru. Ini sekaligus menandai kembalinya "Made in Japan" sebagai standar kualitas dan inovasi dalam industri teknologi global.

    Masa Depan Semikonduktor dan Reputasi 'Made in Japan'

    Membangun foundry chip 2nm bukan perkara mudah. Butuh investasi besar, keahlian teknis tingkat tinggi, dan kesabaran. Namun Jepang memiliki sejarah panjang dalam manufaktur presisi dan etos kerja yang terstruktur. Ini menjadi modal sosial dan teknologi yang tak dimiliki banyak negara.

    Jika strategi Rapidus berjalan sukses, Jepang bisa menjadi negara penyeimbang dalam peta produksi chip dunia. Dunia akan kembali melihat bahwa "Made in Japan" bukan sekadar nostalgia masa lalu, melainkan simbol dari inovasi, disiplin, dan masa depan teknologi semikonduktor yang berkelanjutan. 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini